…
Untuk mengoptimalkan latihan, Coach RG dibantu 4 orang asisten yang menangani bidang yang berbeda, salah satunya asisten yang khusus melatih kiper.
Dukungan terhadap tim
Dukungan pihak-pihak terhadap tim bola SO sangat menggembirakan, seperti dari sekolah dan orangtua siswa.
Sekolah memberikan dukungan berupa sarana berlatih dan kebijakan. Menurut Coach RG sarana sekolah sangat berperan dalam pembinaan tim. Hingga saat ini tim bola SO menggunakan lapangan futsal. Kedepan ia berharap sekolah dapat menyediakan lapangan mini soccer. Dibanding lapangan sepak bola besar, mini soccer berukuran lebih kecil yakni 60 x 40 meter.
Lapangan futsal sebenarnya cukup untuk berlatih teknik mengolah bola. Namun untuk membiasakan pemain di turnamen yang menggunakan lapangan besar, diperlukan lapangan yang mendekati ukuran sebenarnya. Permasalahan ini sementara terpecahkan dengan mengikuti SSB yang memiliki lapangan rumput dan lebih luas.
“Untuk
membentuk tim yang solid siswa SO membutuhkan lapangan yang sebenarnya. Insya
Allah proses tidak mengkhianati hasil. Berbagai prestasi akan lebih mudah diwujudkan
bila kita memiliki sarana yang memadai,” imbuhnya.
Tentu terdapat perbedaan antara lapangan futsal dan lapangan rumput. Lapangan futsal memiliki permukaan rata dan keras sehingga bola bergerak lebih bebas, demikian pula dengan luas lapangan yang lebih sempit. Hal ini tidak terlalu menguras tenaga pemain. Namun berbeda bila di lapangan rumput, disamping pergerakan bola yang lebih lambat karena hambatan rumput ukurannyapun lebih luas. Dengan demikian tenaga pemain lebih terkuras. Nah, di lapangan rumput inilah turnamen dilaksanakan.
Coach RG juga menyampaikan terimakasihnya kepada orangtua untuk dukungannya kepada tim.
Menurutnya, orang tua telah membersamai baik secara fisik maupun mental emosional saat siswa berlatih maupun bertanding. Mereka ikut dalam suka dan duka dengan tim. Kedekatan orang tua membantunya saat menaikkan mental siswa yang turun karena terjatuh, kelelahan maupun kekalahan.
Dukungan orangtua tidak hanya diwujudkan dengan support saat latihan ataupun bertanding, namun juga dengan pemahaman atas otoritas pelatih. Dengan kemampuannya pelatih dapat mengatur pemain, menggeser bahkan mengganti pemain bila diperlukan. Semua itu didasarkan pada evaluasi perkembangan kompetensi saat bermain demi terwujudnya tim yang tangguh, bukan didasarkan pada perasaan suka dan tidak suka. Namun ia terbuka terhadap kritik yang membangun dan disampaikan langsung kepadanya.
“Semua dukungan, kritik dan saran hendaknya ditujukan untuk peningkatan prestasi,” demikian simpulan Coach RG.
Coach RG bersama Tim U12, Juara II JSC League 2024
Pendapat Orangtua Siswa
Tidak jauh dari penulis tampak seorang ibu sedang fokus memperhatikan siswa yang sedang bermain sepak bola. Ditemui dipinggir lapangan, Bunda Dewi menyatakan bangga dengan prestasi sepak bola SO. Saat itu ia tengah mengawasi putranya, Abdul Aziz sedang bermain.
“Saya kagum karena SO karena sekolah baru, belum ada kelas VI-nya tetapi mampu bersaing dengan sekolah-sekolah internasional bahkan menjadi juara,” ujarnya.
Ia juga terkesan karena lawan-lawannya adalah sekolah-sekolah elit dimana beberapa artis menyekolahkan anaknya.
“Kami ibu-ibu sempat berfoto dengan beberapa artis,” ujarnya seraya menyebut beberapa artis papan artis papan atas dan seorang artis yang selama ini dijuluki sebagai sultan.
Pada turnamen tersebut putranya masuk di U10 Grade A sebagai stiker dan berhasil menyumbang beberapa gol.
Sebagai orang tua ia selalu memperhatikan konsumsi anaknya untuk mempertahankan stamina. Setiap hari putranya mengkonsumsi vitamin dan telur disamping makanan pokok.
“Konsumsi telurnya 4 sampai 6 butir perhari. Pagi, siang, dan malam masing-masing 2 butir,” ujar ibunda siswa P3A ini. Untuk vitamin ia memberikan suplemen yang mengandung ikan cod.
“Main bola itu bukan hanya ototnya yang main tapi otakpun ikut main. Karena pada sepak bola butuh solusi cerdas untuk lolos dari kepungan lawan misalnya. Nah, ini membutuhkan kinerja otak,” imbuhnya.
Ditanya tentang kemungkinan SO ikut turnamen di Bangkok, iapun siap menyertai putranya bila terpilih masuk tim.
“Ayahnya pun siap ikut,” demikian ujar Bunda Dewi sambil memvideokan putranya yang hendak mengeksekusi tendangan finalty. Dan…goooll…
Dihubungi terpisah, ibu dari pemain yang lain memberikan komentar. Bunda Mimi menceritakan anaknya, Sakha, yang kini bermain di U12 SO sebagai back meskipun umurnya baru 11 tahun.
Ia menyatakan bahwa Sakha memang suka dengan sepak bola, maka iapun mengikuti eskul futsal, berlanjut minta dimasukkan ke SSB.
Abdul Aziz dan Sakha sama-sama berlatih dengan Coach RG di SSBnya. Di SSB mereka berlatih 3 kali sepekan setelah pulang sekolah, yakni pada hari Rabu, Jum’at dan Ahad. Di luar jadwal itu Sakha sering ikut pertandingan sepak bola yang lain.
Untuk menjaga stamina Sakha, Bunda Mimi mengatur pola makan anaknya.
“Makanan utama sehari 3 kali dengan teratur, susu, dan tambahan vitamin. Alhamdulillah semenjak ikut sepak bola fisik dan daya tahan tubuhnya lebih kuat dan jarang sakit, padahal tidak jarang ia bermain bola saat panas terik ataupun hujan-hujanan,” demikian imbuhnya.
Ke depan Sakha berharap dapat bermain di liga topskor maupun Suratin dan bisa jadi salah satu jalur prestasinya menuju sekolah impiannya.
“Aktifitasnya di sepak telah membuahkan kebiasaan positif dibanding sebelumnya, misalnya mengurangi penggunaan gadget. Sebagai orang tua saya berharap Sakha semakin sukses ke depannya,” pungkas konsultan rumah sakit ini menutup perbincangan.
**
Bincang siang dengan Coach RGpun berakhir. Ia kembali ke tengah anak didiknya dan memberi instruksi bermain sepak bola. Dibenaknya terlukis rencana menambah ukiran prestasi SO melalui jalur sepak bola. Pada kaki-kaki mungil ksatria bola SO ia menumpahkan harapan. Kaki-kaki yang akan ia olah sehingga lincah menorehkan prestasi besar dan membuat mereka lebih punya harapan ke depan. Keteduhan pohon Ketapang Kencana (Terminalia Catappa) di pinggir lapangan futsal menaungi beberapa anak didiknya yang sedang menunggu giliran turun ke lapangan. Anginpun berhembus segar...[]