×
MENGULIK JOGLO STUDENT ONE

StudentOne_Dalam upaya memberikan layanan pendidikan kepada siswa-siswanya, Student One membangun sebuah joglo, sebuah bangunan tradisional Jawa. Bangunan ini terletak di area Life Skill and Ourdoor Learning Facilities atau lapangan berkuda.

Ditemani Ir. Bambang Triyanto (Building and Development SO) penulis berkeliling joglo untuk mengulik bangunan ini.

Secara keseluruhan Joglo berukuran 10x21m. Terdiri dari pendopo berukuran 10 x 13m dan  bagian dalam yang berfungsi sebagai ruang ganti atau ruang istirahat berukuran 8x10m.


Lantai pendopo SO marmer cosmic gold (docso)


Lantai pendopo dipasang marmer jenis Cosmic Gold. Terhitung terdapat 18 keping marmer dengan ukuran 190x330cm dan 190x275cm. Untuk mempermanis tampilan, dibagian pinggirnya dipasang marmer Nero India polish mengkilap selebar 50cm mengelilingi lantai pendopo. Dikutip dari laman marble-stonenatural.com marmer jenis Cosmic Gold merupakan batu alam mewah dengan urat yang terinspirasi surgawi dan nada emas yang kaya. Corak yang ditampilkannya membuat suasana joglo makin megah.

Lantai joglo ditinggikan satu meter diatas permukaan tanah. Selain membuat joglo lebih megah juga agar kebersihan lebih terjaga. Lantai joglo dan permukaan tanah dihubungkan dengan tangga di bagian depan bangunan. Anak tangga dilapisi dengan marmer Nero India bakar. Berbeda dengan Nero India, Nero India bakar ini berwarna hitam dop/kusam dan agak kasar agar tidak licin.

Atap bangunan berbentuk kurva beraturan dengan 8 titik patahan. Dimulai dari titik satu yang paling rendah (kiri) dan naik semakin meninggi di titik 2 dan 3. Puncak bangunan atau Atap Wuwungan terletak pada titik keempat dan kelima. Selanjutnya mulai turun di titik keenam dan berakhir di titik kedelapan sebagai titik terendah seperti titik pertama.


Soko guru menggunakan kayu jati berukir Jepara (docso)


Atap joglo ditopang dengan 4 soko guru atau tiang utama dan 8 tiang di sekelilingnya. Soko guru adalah tiang yang menopang Atap Wuwungan dan terletak tepat ditengah pendopo. Tiang ini memiliki tinggi 6m dan dimensi 30x30 cm, terbuat dari kayu jati berukir Jepara. Empat soko guru tersebut dibantu 8 tiang penyangga di sekitarnya yang memiliki tinggi 3,4m dan dimensi 17,5x17,5cm, terbuat dari kayu jati polos. Ke-12 tiang tersebut bertumpu diatas batu candi.

Dilansir dari laman https://artstonescapes.blogspot.com/ batu candi atau batu lava atau batu andesit (diambil dari nama pegunungan Andes) tergolong batuan beku (igenous rock). Batu alam jenis ini terjadi akibat perubahan suhu dari lava dingin yang membeku menjadi batuan beku yang terjadi dari magma yang tidak keluar ke permukaan bumi menjadi mengeras dan membeku di dalam perut bumi. Umumnya berwarna hitam dan abu-abu tua. Joglo SO menggunakan batu candi berwarna abu-abu tua.


Batu candi menyangga semua tiang pendopo (docso)


Atap pendopo menggunakan genteng terakota atau tanah bakar. Genteng wuwung/karpus atau penutup yang memisahkan patahan tampak bergerigi menyerupai punggung naga. Dikutip dari jurnal Seni Hias Wuwung mayong Jepara Jawa Tengah kajian Bentuk, makna dan Fungsi, karya Arif Suharson, bagian ini disebut dengan wuwung jengger, karena menyerupai jengger ayam. Wuwung jengger terpasang pada titik 1 sampai 4 dan 5 sampai titik ke delapan. Antara titik 4 dan 5 pada puncak Atap Wuwungan dipasang 6 karpus dengan motif berbeda. Motif Wuwung Mahkota Joglo dipasang paling tengah (wuwung rojo). Sedangkan motif Badongan Kipas Kecil mengapit di kiri dan kanannya masing-masing 2 buah (wuwung pengapit). Dua karpus lainnya yang terletak di bagian paling pinggir mengapit wuwung pengapit adalah wuwung bulusan.

Dalam pemaknaan filosofi, wuwung rojo melambangkan raja, wuwung pengapit  dan bulusan melambangkan menteri, dan wuwung jengger melambangkan kepala daerah. Adapun genteng melambangkan rakyat.


Gebyok pendopo berukir Jepara (docso)


Untuk membatasi antara pendopo dan bagian dalam dipasang gebyok ukir kayu Jepara. Gebyok ini memiliki tinggi 3 meter dan panjang 13 meter. Terdapat tiga pintu utama yang masing-masing terdiri dari dua daun pintu berukir. Seluruh permukaan gebyok diukir tangan. Kesan artistik menyeruak ketika kita memeriksa ukiran secara detail. Bukan hanya ukiran di permukaan kayu, namun terdapat ukiran yang membentuk rongga tanpa sambungan yang dikenal motif 3 dimensi atau krawangan.

Sepenuhnya bangunan joglo dibuat di Jepara oleh pengrajin ukir kayu setempat. Rumah joglo dibuat dengan teknik bongkar pasang (knock down). Setelah selesai dibuat daerah asalnya, rumah joglo ini diangkut kemudian dirakit kembali oleh pengrajinnya di lokasi saat ini.

Kayu yang digunakan adalah kayu jati yang sudah berumur lebih dari 20 tahun.


Pintu utama gebyok (docso)


“Kayu tua ini memiliki karakteristik permanen, artinya tidak bisa menyusut seperti kayu basah. Keunggulan lainnya adalah anti rayap,” demikian dijelaskan salah seorang pengukir yang sedang melakukan proses finishing setelah perakitan selesai.

Pendopo juga dihiasi 9 lampu tembaga robyong yang dipesan dari pengrajin lampu di Boyolali, Jawa Tengah. Seperti bangunan joglo, lampu inipun dirakit di lokasi oleh pengrajinnya.

Kesembilan lampu tersebut berbeda jenis dan ukuran. Lampu robyong utama berukuran paling besar dipasang tepat di bawah atap wuwungan utama atau di tengah garis diagonal yang menghubungkan 4 soko guru. Berikutnya 4 robyong yang lebih kecil dipasang di bawah atap miring, sementara di antara 2 lampu robyong kecil dipasang lampu tudung.


Lampu robyong tembaga (docso)


Dilansir dari situs Bintang Art Galery, lampu robyong adalah lampu dekorasi yang mengusung nuansa klasik dan mewah secara bersamaan. Bentuknya terinspirasi dari bunga yang sedang mekar dan melebar. Lampu ini memiliki cabang yang menunjukkan bunga yang sedang mekar. Warna tembaga yang kuning kemerahan menyeruakkan kesan mewah dan klasik.

Bagian pendopo yang kedua merupakan pendukung. Bagian ini disediakan sebagai ruang persiapan ataupun istirahat. Lantai bagian ini menggunakan marmer solactic wood. Di sebelah kanan bangunan joglo terdapat ruang servis, kamar mandi dan ruang tidur.


Pada ujung ruang ini menghadap ke halaman belakang dibatasi dengan teralis motif ukir dengan bahan besi tempa. Teralis ini dikerjakan oleh teknisi bengkel, pak Budi dan kawan-kawan.

“Teralis menggunakan besi tempa untuk mendukung nuansa klasik rumah joglo. Menggunakan cat hijau dan warna kuning emas pada bagian daun untuk mendapatkan nuansa klasik dan mewah,” demikian ujar pak Budi saat penulis mengunjungi bengkelnya.


Untuk menjaga keamanan, sebuah menara setinggi 12 meter didirikan di sebelah kiri dapur joglo. Nantinya dilengkapi dengan 2 lampu tembak, demikian menurut Budi, petugas di bengkel.

“Joglo ini akan digunakan sebagai laboratorium budaya sekaligus tempat latihan dan penampilan seni,” demikian menurut Dirop SO Mr. J yang saat ini sedang menempuh studi S3 di Malaysia.[]